Minggu, 16 November 2014

17 Penumpang Speedboat Murni Disandera TPN/OPM

Senin, 17 November 2014 05:24

17 Penumpang Speedboat Murni Disandera TPN/OPM\

FKPPB Papua Bedah Buku Hilangnya 17 Penumpang Speed di Mamberamo Raya


Penulis Buku, Enni Tan (Kiri), didampingi Ketua FKPPB Papua, Regina Mubuay dan Nonce Wairara yang merupakan keluarga korban menunjukan foto-foto keluarga korban yang disandera maupun  foto penyandera.JAYAPURA – Masih ingat dengan kasus hilangnya sebuah speedboat dengan 17 penumpang tahun 2009 lalu saat dalam perjalanan dari Serui menuju Mamberamo Raya? Kini kasus hilangnya 17 penumpang tanpa meninggalkan jejak itu, bukan akibat tenggelam tetapi murni disandera TPN/OPM Wilayah Mamberamo. Demikian antara diungkapkan Forum Koalisi Perempuan Papua Bangkit Provinsi Papua saat membedah sebuah buku misteri dibalik hilang 17 penumpang Speedboat  dalam perjalan dari Serui Kabupaten Kepuluan Yapen-Kasonaweja, Mamberamo Raya tangga, 3 Maret 2009 silam.
Buku yang berjudul “Potret Papua Dalam Bingkai NKRI” dengan jumlah halaman sebanyak 159 halaman itu, yang rencana akan serahkan langsung ke Presiden RI, Joko Widodo dan akan dibagikan kepada seluruh keluarga korban. 
“Buku ini kami bedah untuk jadi kenang-kenangan bagi kami seluruh keluarga korban karena segala upaya sudah kami lakukan, namun pihak aparat keamanan tidak membuka secara transparan, sehingga lewat buku ini keluarga korban bisa baca dan dimengerti,” kata Ketua Forum Koalisi Perempuan Papua Bangkit Provinsi Papua, Regina Mubuay dalam keterangan pers di Paldam, Jayapura, Sabtu (15/11) sore.

Regina mengungkapkan, pembedahan buku ini karena segala daya dan keterangan saksi dan bukti-bukti ke pihak kepolisian sampai ke Jakarta Pusat tidak ada jawaban. “Kami melihat ada konspirasi besar yang dibangun, sehingga kami orang kecil tidak tembus untuk mengungkap fakta yang terjadi di balik hilangnya 17 penumpang Speedboat ini, sehingga kami terpaksa membuat buku ini,” ujarnya. 
Ia menginginkan kasus yang terjadi di perairan Mamberamo Raya dibedah dan dibuka semua orang-orang yang keterkaitan. “Mari kita duduk secara bersama-sama dengan menghadirkan semua saksi, karena kami merasa bahwa 17 penumpang ini bukan hilang akan tetapi  disandera,” katanya.
Konsipirasi tesebut kata Regina, diakui langsung oleh mantan Kapolda Papua Irjen (Pol) Tito Karnavian dalam pertemuan mereka dengan Komnas Ham perwakilan Papua, sehingga keluarga 17 penumpang merasa kuat untuk harus membuat buku sebagai kenang-kenangan.
Sementara itu, penulis buku Enni Tan menyatakan, dirinya sengaja menulis buku yang berjudul “Potret Papua Dalam Bingkai NKRI”, karena 17 penumpang yang hilang di perairan Mamberamo Raya bukan tenggelam melainkan disandera oleh TPN/OPM di wilayah Mamberamo dibawah pimpinan Fernando Worabay.
Dari beberapa 17 orang penumpang Speedboat tersebut, keluarga korban juga menunjukkan foto Erna Samori, Isak Petrus Mubuay, Yuliana Muay yang turut hilang saat itu, sambil menujukkan wajah-wajah para penyandera ke 17 korban. “Panyandera ini diutus masuk ke Kasonaweja yang diantaranya, tiga orang dari kelompok Erik Manitori dan tiga orang dari kelompok Fernadno Worabay,” katanya.
Enni menyampaikan TPN/OPM  diduga kuat melakukan penyanderaan terhadap 17 penumpang Speedboat itu, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan di lapangan dan berdasakan hasil keterangan saksi-saksi kunci dari salah satu kelompok panyandera. “Saksi ini telah kami bahwa ke petinggi di Jakarta. Kalau pun nanti diungkap kembali, kami akan serahkan bukti-bukti dan saksi kepada pihak aparat,” katanya. 
Enni membeberkan temuan berdasarakan hasil pengumpulan bahan keterangan selama 5 tahun menelusuri kejadian 17 Penumpang speedboat tersebut. Penculikan atau penyanderaan itu, juga berdasarkan keterangan saksi ( Masyarakat Mamberamo Raya, TPN OPM dan Keluarga Korban) terkait penculikkan pada 3 Maret 2009 Pembunuhan Pdt. Zeith Krioma pada 8 April 2009 dan pengibaran BK di lapangan terbang Kapeso pada 3 Mei- 4 Juli 2009.
Kemudian dari hasil pertemuan  tokoh adat masyarakat Mamberamo Raya  dengan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 16 Maret 2011 di Rupat Kesbangpol Kemendagri dalam rangka mencari solusi atas Pemerintahan Kabupaten Mamberamo Raya yang tak sejalan dan penyelesaian masalah surat TPN OPM yang mencatut nama Bupati Mamberamo Raya memberi sejumlah dana kepada TPN OPM intinya mencabut surat dan bukti-bukti.
Oleh karena itu, Enni menegaskan, bahwa maksud dan tujuan membuat judul buku ini, adalah ke tujuh belas korban yang disandera merupakan potret. Sementara Bingkai NKRI bukan dalam skop luas, akan tetapi terfokus pada kasus berdarah di Mamberamo Raya atas hilangnya 17 penumpang Speedboat.
Lebih lanjut dijelaskan Enni, maksud dalam Bingkai adalah Pemerintah, yang mana bingkai sudah disusun dengan baik. Artinya, kebijakan-kebijakan pemerintah lamban sehingga memudahkan celah bagi potret dalam hal ini 17 orang itu merasa tidak aman sehingga mereka hilang.
Dalam bedah buku ini juga, kata Enni tidak ada keberpihakan terhadap siapapun. Akan tetapi pembedahan buku ini sebagai upaya membantu para keluarga korban untuk mempermudah berbagai data fakta agar dapat dijadikan sebagai bahan acuan penentuan kebijakan pemerintah dalam rangka upaya tindakan cegah dini terhadap berbagai konflik dengan berpatikan dan melihat dengan jeli pada paradox kasus berdarah  Mamberamo Raya.
Dalam pembentukan buku nanti, pihak Forum Koalisi Perempuan Papua Bangkit Provinsi Papua berencana akan mempersembahkan 1 buku untuk Presiden Joko Widodo. “Meski banyak ancaman dan cobaan yang dialami di lapangan untuk membuat buku ini, namun saya selaku perempuan bisa selesai,” katanya.
Enni sengaja membua buku karena merasa ada perbedaan dalam pengungkapan kasus 17 hilangnya penumpang Speedboat. Dimana, menurut aparat kepolisian menyampaikan bahwa 17 orang tersebut murni kecelakaan laut. “Orang hilang di Samudera manapun tetap pasti dapat. Ini hilang dibagian selat saja, masa tidak bekas satupun. Minimal ada bekas sandal, tas ataupun yang lainnya. Saya yakin dari 17 orang ini rata-rata pintar berenang sehingga tidak percaya jikalau dikatakan laka laut,” ujarnya. 
Oleh karena itu, Enni meyakinkan jikalau ke 17 orang tersebut tidak hilang ketika Polda Papua memanggil keluarga korban untuk memperlihatkan tas yang ditemukan ketika ada pengibaran bendera di Kasonaweja.
Sejak itu, istri dari korban Isak Petrus Mubuay datang ke Polda Papua bahwa tas tersebut ternyata milik suaminya dan juga tas milik Yuliana Muay.  (Loy/don

Tidak ada komentar:

Posting Komentar