Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th
Siapakah Allah orang Kristen? Apakah Ia sama dengan Allah yang dikenali dan disembah agama-agama lain? Pertanyaan ini benar-benar sensitif! Orang Kristen mengklaim bahwa Allah Trinitarian adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar, klaim ini bukan suatu bentuk arogansi rohani, tetapi lebih merupakan manifestasi dari iman yang lahir dari ajaran Alkitab.
Siapakah Allah orang Kristen? Apakah Ia sama dengan Allah yang dikenali dan disembah agama-agama lain? Pertanyaan ini benar-benar sensitif! Orang Kristen mengklaim bahwa Allah Trinitarian adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar, klaim ini bukan suatu bentuk arogansi rohani, tetapi lebih merupakan manifestasi dari iman yang lahir dari ajaran Alkitab.
Allah Trinitas adalah sebuah doktrin
yang mendasar bagi iman Kristen; Kepercayaan atau ketidakpercayaan pada
Trinitas menandai Kekristenan sejati atau bukan. Namun demikian
penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas, demikian pula logika
tidak dapat menjelaskannya. Meskipun kata “Trinitas” tidak terdapat
dalam Alkitab, tetapi doktrin itu secara gamblang diajarkan di Alkitab.
Sejarah meneguhkan kebenaran ajaran Trinitas ini, sekalipun sejak abad
gereja mula-mula telah timbul ajaran yang berusaha untuk menentang
ajaran Trinitas ini.
DEFINISI TRINITAS
Istilah “Trinitas” berasal dari kata Inggris “triunity” merupakan gabungan dari kata “tree” yang berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi kata ini digunakan untuk menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas tetapi juga menekankan keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam Trinitas. Sebuah definisi yang baik tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi” (Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 72).
DEFINISI TRINITAS
Istilah “Trinitas” berasal dari kata Inggris “triunity” merupakan gabungan dari kata “tree” yang berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi kata ini digunakan untuk menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas tetapi juga menekankan keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam Trinitas. Sebuah definisi yang baik tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi” (Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 72).
Memang, tidaklah mudah membuat definisi
dari Trinitas, hal ini dikaitkan dengan perlunya keseimbangan penekanan
dari keesaan (ketunggalan) dan ketigaan (kejamakan) Allah. Penekanan
yang berlebihan pada keesaan atau ketigaan dapat menyebabkan kekeliruan
dan kesesatan. Alkitab jelas menunjukkan adanya “ketunggalan Allah” dan
juga menunjukkan adanya “kejamakan Allah”. Karena itu, dua sikap ekstrim
yang keliru yang harus dihindari, yaitu:
Pertama, sikap ekstrim yang terlalu
menekankan “kejamakan dalam diri Allah” dan mengabaikan “kesatuanNya”.
Sikap ini mengakibatkan menjadi “Tritheisme”, yaitu kepercayaan
kepercayaan kepada tiga Allah. Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan
Allah, berarti mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.
Kedua, sikap ekstrim yang menekankan
“kesatuan Allah” dan mengabaikan “kejamakan dalam diri Allah”. Kita
tidak bisa hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah,
dan lalu mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak. Ini keliru
dan menyebabkan “Monoteisme Unitarian”. Karena kalau kita melakukan hal
itu, lalu apa yang akan kita lakukan dengan ayat-ayat yang menunjukkan
adanya kejamakan dalam diri Allah? Membuangnya? Mengabaikannya? Ini
tentu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang mempercayai Alkitab
sebagai Firman Tuhan!
Ajaran Allah Trinitas merupakan
satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan ayat-ayat Alkitab yang
menyatakan ketunggalan dan kejamakan Allah tersebut. Jika kita mau
menerima doktrin Allah Trinitas, maka kita bisa mengharmoniskan kedua
kelompok ayat tersebut. Kalau kita menolak doktrin Allah Trinitas, ini
berarti kita harus menghadapi kontradiksi (pertentangan) dalam Alkitab
yang tidak mungkin bisa diharmoniskan.
PENTINGNYA MENGERTI AJARAN TENTANG TRINITAS
Yakub B. Susabda dalam buku Bergaul dan Mengenal Allah menyebutkan tiga alasan mengapa pengenalan akan Allah Trinitas ini penting, yaitu:
PENTINGNYA MENGERTI AJARAN TENTANG TRINITAS
Yakub B. Susabda dalam buku Bergaul dan Mengenal Allah menyebutkan tiga alasan mengapa pengenalan akan Allah Trinitas ini penting, yaitu:
Pertama, Allah orang Kristen adalah
Allah yang hanya mau dikenal dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh
Kudus. Allah memang esa, tetapi mengenak keesaanNya saja tidaklah
menyelamatkan. Seluruh rencana keselamatan Allah hanya daat dipahami dan
diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diriNya
yang progresif, rencana dan cara kerjaNya. Allah ingin kita mempercayai
dan mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan
dan mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan yang diperkenanNya,
tetapi ia menginginkan kita mengenalNya sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa,
Putra dan Roh Kudus dengan keunikanNya masing-masing. Alkitab
menegaskan bahwa bahwa Allah tidak mungkin dapat dikenali diluar dari
apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17; Bandingkan Yohanes 14:6;
15:16).
Kedua, iman kepada Allah Trinitas adalah
salah satu keunikan iman Kristen yang membedakannya dari iman semua
agama-agama lain. Tanpa pengenalan akan Ketrinitasan Allah, perbedaan
antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain akan menjadi kabur.
Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat kesatuan serta
toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas
ini hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan
agama-agama lainnya. Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada
Allah Trinitas tidak ada keselamatan (1 Yohanes 4:2-3).
Ketiga, pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita menerimanya.
PANDANGAN KELIRU TENTANG TRINITAS
Gereja di dalam sejarahnya telah menentang ajaran-ajaran yang salah dari para penentang Trinitas. Pada berbagai abad yang telah dilewati beberapa orang telah membentuk konsep-konsep yang salah dan tidak Alkitabiah tentang Trinitas. Pandangan-pandangan keliru tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam lima pandangan utama, yaitu:
1. Triteisme. Pandangan ini menolak keesaan Allah
dan percaya pada tiga Allah. Dalam sejarah gereja mula-mula, John
Ascunages dan John Philoponus mengajarkan bahwa ata tiga Allah dan
ketiganya berhubungan dalam asosiasi yang bebas. Kesalahan dari
pengajaran ini karena meninggalkan kesatuan di antara trinitas sebagai
akibatnya mereka mengajarkan tiga Allah bukan tiga pribadi diantara para
Allah. Pandangan ini sama dengan Hinduisme yang memiliki dewa tiga
serangkai yaitu: Brahma, Wusnu dan Syiwa, tetapi pandangan ini sama
sekali berbeda dari pandangan Kristen Alkitabiah tentang Trinitas.
Trinitas Kristen bukan bahwa Allah itu tiga dalam pengertian yang sama
dengan pengertian keesaanNya. Allah bukanlah tiga pribadi dan pada
pengertian yang sama adalah satu pribadi; juga Allah bukanlah tiga Allah
dan satu Allah pada pengertian yang sama. Ajaran Trinitas Kristen
mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang berdistingsi dalam tiga
pribadi; Ia adalah tiga pribadi dalam satu Allah.Ketiga, pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita menerimanya.
PANDANGAN KELIRU TENTANG TRINITAS
Gereja di dalam sejarahnya telah menentang ajaran-ajaran yang salah dari para penentang Trinitas. Pada berbagai abad yang telah dilewati beberapa orang telah membentuk konsep-konsep yang salah dan tidak Alkitabiah tentang Trinitas. Pandangan-pandangan keliru tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam lima pandangan utama, yaitu:
2. Monarkianisme.
Monarkianisme adalah pendahulu dari Sabellianisme. Monarkianisme
mengajarkan bahwa Allah Anak hanyalah merupakan mode lain dari
pernyataan Allah Bapa. Ada dua bentuk dari Monarkianisme, yaitu
Adopsionisme dan Modalisme. Dalam bentuk adopsianistiknya, Monarkianisme
yang diajarkan oleh Theodotos dari Byzantium (210 AD) memandang Yesus
sebagai manusia yang diberikan kekuatan oleh Roh Kudus pada saat
baptisanNya. Dalam bentuk modalistiknya, Monarkianisme mengajarkan bahwa
satu Allah yang secara beragam memanifestasikan dirinya dalam tiga
bentuk atau mode keberadaan (Modalisme). Di Gereja Barat, Monarkianisme
yang modalistik dikenal sebagai Patri-passianisme. Nuetus dan Praxeas
adalah pemimpin-pemimpin dalam gerakan ini yang mengajarkan
Patripassianisme, yaitu Allah Bapa yang berinkarnasi di dalam Anak juga
menderita di dalam Anak, di saat penyaliban. Di Gereja Timur,
Monarkianisme yang modalistik dikenal dengan Sabellianisme.
3. Sabellianisme.
Sabellius dari Ptolemais (200 AD) menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh
Kudus adalah tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu
Allah. Menurut Pandangan ini, Trinitas bukan berkaitan dengan natur
Allah, tetapi hanya cara Allah dalam menyatakan diriNya. Pandangan ini
mengajarkan bahwa sebagai Bapa, Allah adalah Pencipta dan Pemberi Hukum;
sebagai Anak, Allah adalah Penyelamat; sebagai Roh Kudus, Allah
melahirkan kembali dan menguduskan. Atau dengan cara lainnya,
Sebellianisme mengajarkan bahwa Allah dikenal sebagai Bapa dalam
Perjanjian Lama, sebagai Anak dalam kitab-kitab Injil; dan sebagai Roh
Kudus untuk zaman ini. Sabellianisme dalam setiap kasus, percaya pada
satu Pribadi saja yang mewujudkan diri dengan tiga cara. Pandangan ini
juga dikenal sebagai trinitas ekonomi, yaitu: satu Allah yang mewujudkan
diriNya dalam jabatan-jabatan berbeda pada ekonomi
(administrasi/dispensasi) yang berbeda. Di Gereja Timur, Sabellianisme
juga dikenal sebagai Monarkianisme yang modalistik. Sabellius ini
diikuti oleh Abelard (1079-1142 AD) yang menyatakan bahwa nama Bapa
untuk menyatakan kuasa; Putra untuk menyatakan hikmat; Roh Kudus untuk
menyatakan kebaikan.
4. Arianisme. Arius,
seorang Penetua yang anti trinitarian dari Alexadria mengajarkan Allah
yang kekal yang esa dari Anak yang diperanakkan oleh Bapa, dan karena
itu, Anak memiliki permulaan (diciptakan). Jadi Arius mengsubordinasikan
Anak pada Bapa. Ia juga mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah yang pertama
diciptakan oleh Anak, karena segala sesuatu dijadikan oleh Anak. Arius
beranggapan bahwa Allah Bapa adalh satu-satunya yang sama sekali tidak
mempunyai permulaan. Bapa menciptakan Anak dan Roh Kudus dari ketiadaan
sebagai tindakan penciptaan wal. Anak disebut Allah karena Ia datang
langsung dari Allah dan sudah diberi kusa untuk menciptakan. Arius dan
ajarannya dinyatakan sesat pada konsili Nicea tahun 325 AD.
5. Socinianisme.
Socinus, pada abad keenam belas mengajarkan pandangan yang mirip dengan
Arianisme. Socinianisme mengajarkan bahwa adalah keliru untuk
mempercayai Pribadi-Pribadi dari Trinitas memiliki satu hakikat yang
esa. Paham ini mengajarkan bahwa hanya ada satu zat ilahi yang terdiri
hanya satu Pribadi. Walau mengikuti Arius, tetapi Socinus melampaui
Arianisme dalam penyangkalannya tentang pra eksistensi Anak dan
menganggap Anak hanya seorang manusia. Socinus mendefinisikan Roh Kudus
sebagai kebajikan atau tenaga (energi) yang mengalir (keluarg) dari
Allah kepada Manusia. Charles C. Ryrie, menyatakan “Pandangan Socianisme
ini mempengaruhi Unitarianisme Inggris dan Deisme Inggris. Kebanyakan
penganut Unitarianisme bukan penganut Deisme, tetapi semua penganut
Deisme mempunyai konsep Unitarian tentang Allah. Garis bidat adalah
Arianisme ke Socianisme ke Unitarianisme ke Deisme. Unitarianisme
Amerika adalah turunan langsung dari Unitarianisme Inggris” (Ryrie,
Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 78).
Pandangan modern yang keliru tentang
Trinitas bervariasi. Tetapi tidak ada hal yang baru lagi. Semua
kesalahan yang dilakukan oleh teolog-teolog modern sudah pernah terjadi
sebelumnya.
PENJELASAN YANG BENAR TENTANG TRINITAS
Secara ringkas kita menggambarkan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam substansi”. Formula ini memang merupakan misteri dan paradoks tetapi tidak kontradiksi. Suatu kontradiksi akan muncul jika kita mengatakan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam esensi; atau Allah adalah tiga substansi dan satu subtansi pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama”. Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensiNya atau keberadaanNya, sedangkan keragamannya diskspresikan dalam tiga substansi atau pribadi. Berikut ini merupakan ringkasan ajaran tentang Trinitas.
PENJELASAN YANG BENAR TENTANG TRINITAS
Secara ringkas kita menggambarkan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam substansi”. Formula ini memang merupakan misteri dan paradoks tetapi tidak kontradiksi. Suatu kontradiksi akan muncul jika kita mengatakan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam esensi; atau Allah adalah tiga substansi dan satu subtansi pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama”. Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensiNya atau keberadaanNya, sedangkan keragamannya diskspresikan dalam tiga substansi atau pribadi. Berikut ini merupakan ringkasan ajaran tentang Trinitas.
Pertama, Allah adalah
satu dalam esensi. Esensial kesatuan dari Allah didasarkan pada Ulangan
6:4, “dengarlah, hai orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Kata “esa” adalah kata Ibrani “echad” yang berarti “gabungan kesatuan;
satu kesatuan”. Pernyataan ini menekankan bukan hanya keunikan dari
Allah tetapi juga kesatuan dari Allah (Bandingkan Yakobus 2:19). Ini
berarti bahwa ketiga Pribadi secara esensi tidak terbagi. Kesatuan dari
esensi ini juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari Trinitas tidak
berarti bertindak secara mandiri dan terpisah. Pernyataan ini penting
dalam menangkal ajaran sesat Arianisme dan Socianisme yang menolak
kesatuan esensi Anak dan Roh Kudus dengan Bapa.
Kedua, Allah adalah
tiga dalam dalam pribadi. Walau istilah “Pribadi” cenderung menimbulkan
pemahaman keliru tentang kesatuan dalam Trinitas, tetapi kata ini terus
dipertahankan karena tidak ada kata lain yang lebih mendekati kebenaran
yang disingkapkan Alkitab tentang Allah Trinitas ini. Istilah “Pribadi”
banyak menolong dalam menjelaskan Trinitas, karena kata itu menekankan
bukan hanya suatu manifestasi tetapi juga pribadi sebagai persona
(individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah tiga dalam kaitan
dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona
dalam Keallahan; (2) setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan
Allah; dan (3) setiap Pribadi memiliki kepenihan Allah. Jadi, Dalam
Allah tidak ada tiga pribadi bersama dan terpisah satu sama lain, tetapi
hanya perbedaan pribadi diantara esensi Ilahi. Pernyataan tersebut
merupkan suatu perbedaan yang penting dari Modalisme atau Sabellianisme,
yang mengajarkan bahwa satu Allah hanya memanifestasikan diriNya dalam
tiga cara yang berbeda.
Ketiga, Ketiga Pribadi
memiliki relasi yang berbeda. Diantara Trinitas ada suatu relasi yang
diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapak tidak dilahirkan dan tidak
berasal dari Pribadi manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa
(Yohanes 1:18; 3:16,18; 1 Yohanes 4:9). Istilah-istilah yang digunakan
untuk menjelaskan relasi diatara Trinitas adalah “generatio” dan
“prosesi”. Istilah “generation” digunakan untuk menjelaskan bahwa dalam
relasi Trinitas Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus secara
kekal berasal dari Bapa dan Anak (Yohanes 14:26; 16:7). Istilah
“prosesi” digunakan untuk menjelaskan relasi Trinitarian Bapa dan Anak
mengutus Roh Kudus. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa istilah-istilah
ini digunakan untuk menjelaskan relasi di antara Trinitas dan tidak
untuk menunjukkan bahwa salah satu pribadi lebih rendah dari
pribadi-pribadi lainnya.
Keempat, Ketiga Pribadi
setara dalam kekekalan dan otoritas. Meskipun istilah “generatio” dan
“prosesi” dapat digunakan dalam hubungan dengan fungsi di antara
Trinitas, adalah penting untuk menyadari bahwa ketiga Pribadi adalah
secara dalam kekekalan dan otoritas. Bapa diakui sebagai kekal dan
berotoritas paling tinggi (1 Korintus 8:6); Anak juga diakui setara
dengan Bapa dalam segala hal (Yohanes 5:21-23); Demikian juga Roh Kudus
diakui setara dengan Bapa dan Anak (Matius 12:31)
DASAR-DASAR ALKITAB BAGI AJARAN TRINITAS
Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas dalam Perjanjian Lama:
DASAR-DASAR ALKITAB BAGI AJARAN TRINITAS
Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas dalam Perjanjian Lama:
Teks-teks Perjanjian Lama berikut ini
memang tidak tuntas dalam menjelaskan Trinitas tetapi mengindikasikan
konsep Trinitas di dalam Perjanjian Lama.
1. Penggunaan kata Ibrani “????? -
Elohim” untuk Allah (Kej 1:1 dan ayat lainnya) yang merupa¬kan kata
bentuk jamak merupakan indikasi pertama tentang Trinitas dalam
Perjanjian Lama.
Kata “Elohim” adalah bentuk jamak dari kata benda untuk Allah orang Israel. Kata “Elohim” ini mempunyai bentuk tunggal yaitu “???? - Eloah” yang digunakan antara lain dalam Ulangan 32:15-17; Mazmur 19:32; dan Habakuk 3:3. Tetapi dalam Perjanjian Lama kata “Eloah” hanya digunakan sebany¬ak 250 kali, sedangkan kata “Elohim” sekitar 2500 kali. Penggunaan kata bentuk jamak yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya “kejamakan dalam diri Allah”. Jika memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan kata Eloah secara konsisten? Dan mengapa justru menggunakan Elohim jauh lebih banyak dari Eloah? Dengan demikian penggunaan kata Elohim untuk menyebut nama Allah mengindikasikan adanya Trinitas. Jadi, Alkitab menggunakan kata Eloah untuk menyatakan ketunggalan Allah dalam esensiNya, dan Elohim untuk menyatakan kejamakan Allah dalam pribadiNya.
Kata “Elohim” adalah bentuk jamak dari kata benda untuk Allah orang Israel. Kata “Elohim” ini mempunyai bentuk tunggal yaitu “???? - Eloah” yang digunakan antara lain dalam Ulangan 32:15-17; Mazmur 19:32; dan Habakuk 3:3. Tetapi dalam Perjanjian Lama kata “Eloah” hanya digunakan sebany¬ak 250 kali, sedangkan kata “Elohim” sekitar 2500 kali. Penggunaan kata bentuk jamak yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya “kejamakan dalam diri Allah”. Jika memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan kata Eloah secara konsisten? Dan mengapa justru menggunakan Elohim jauh lebih banyak dari Eloah? Dengan demikian penggunaan kata Elohim untuk menyebut nama Allah mengindikasikan adanya Trinitas. Jadi, Alkitab menggunakan kata Eloah untuk menyatakan ketunggalan Allah dalam esensiNya, dan Elohim untuk menyatakan kejamakan Allah dalam pribadiNya.
2. Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam relasinya dengan Allah.
“Berfirmanlah Allah (bentuk tunggal) : ‘Baiklah Kita (bentuk jamak) menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (bentuk jamak), supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26). “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita (jamak), tahu tentang yang baik dan yang jahat; ...” (Kejadian 3:23a). “Baiklah Kita (jamak) turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (Kejadian 11:7).
“Berfirmanlah Allah (bentuk tunggal) : ‘Baiklah Kita (bentuk jamak) menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (bentuk jamak), supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26). “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita (jamak), tahu tentang yang baik dan yang jahat; ...” (Kejadian 3:23a). “Baiklah Kita (jamak) turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (Kejadian 11:7).
Ada yang mengatakan bahwa pada waktu
Allah menggunakan kata “Kita” dalam Kejadian 1:26, maka saat itu Ia
sedang berbicara kepada para malaikat. Jadi bukan menunjukkan “kejamakan
dalam diri Allah”. Tetapi ini mustahil, sebab jika dalam Kejadian 1:26
diartikan bahwa “Kita” itu menunjuk kepada “Allah dan para malaikat”,
maka haruslah disim¬pulkan bahwa: manusia juga diciptakan menurut gambar
dan rupa malaikat; Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama
menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta, maka malaikat
adalah rekan pencipta. Pandangan Kristen menganggap pemakaian kata
“Kita” menunjukkan bahwa pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu
berbicara satu dengan yang lain, dan ini menunjukkan adanya “kejamakan
tertentu dalam diri Allah”.
3. Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).
“Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran... sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu” (Mazmur 45:7-8). Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia kurang tepat terjema¬hannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini. “Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee” (TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau). Ibrani 1:8-9 mengutip ayat ini, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.
“Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit” (Kejadian 19:24). TUHAN (YHWH), yang saat itu ada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN (YHWH), dari langit. Jadi kelihatannya ada dua TUHAN (YHWH), satu di bumi, satu di langit.
“Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran... sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu” (Mazmur 45:7-8). Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia kurang tepat terjema¬hannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini. “Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee” (TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau). Ibrani 1:8-9 mengutip ayat ini, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.
“Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit” (Kejadian 19:24). TUHAN (YHWH), yang saat itu ada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN (YHWH), dari langit. Jadi kelihatannya ada dua TUHAN (YHWH), satu di bumi, satu di langit.
4. Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kejadian 16:2-13 22:11,16 31:11,13 48:15,16 Keluaran 3:2,4,5 Hakim-hakim 13:20-22).
Istilah “Malaikat TUHAN” ini juga menunjukkan bahwa “Malaikat TUHAN” (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah. Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri. Sebagai contoh, dalam Kej 16:7,9,10,11, disebut sebagai Malaikat TUHAN; tetapi dalam Kejadian 16:13 disebut sebagai TUHAN sendiri.
Contoh lainnya, dalam Kejadian 22:11a, disebut sebagai “Malaikat TUHAN”; tetapi dalam Kejadian 22:11b-12, disebut sebagai “Tuhan” atau “Allah” sendiri. Sekalipun dalam ayat 11 disebut sebagai “Malaikat TUHAN”, tetapi dalam ayat 11b disebut “Tuhan” oleh Abraham. Dan dalam ayat 15, “Malaikat TUHAN” itu berseru, tetapi dalam ayat 16 dikatakan “firman TUHAN”. Lalu dalam ayat 16 Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri. Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri atau menggunakan namanya sendiri (bandingkan: Daniel 12:7; Ibrani 6:13,16-17; Wahyu 10:5-6). Jadi jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.
Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Dari kata-kata “namaKu ada di dalam dia”, kita menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri. Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah atau TUHAN sendiri.
Istilah “Malaikat TUHAN” ini juga menunjukkan bahwa “Malaikat TUHAN” (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah. Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri. Sebagai contoh, dalam Kej 16:7,9,10,11, disebut sebagai Malaikat TUHAN; tetapi dalam Kejadian 16:13 disebut sebagai TUHAN sendiri.
Contoh lainnya, dalam Kejadian 22:11a, disebut sebagai “Malaikat TUHAN”; tetapi dalam Kejadian 22:11b-12, disebut sebagai “Tuhan” atau “Allah” sendiri. Sekalipun dalam ayat 11 disebut sebagai “Malaikat TUHAN”, tetapi dalam ayat 11b disebut “Tuhan” oleh Abraham. Dan dalam ayat 15, “Malaikat TUHAN” itu berseru, tetapi dalam ayat 16 dikatakan “firman TUHAN”. Lalu dalam ayat 16 Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri. Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri atau menggunakan namanya sendiri (bandingkan: Daniel 12:7; Ibrani 6:13,16-17; Wahyu 10:5-6). Jadi jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.
Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Dari kata-kata “namaKu ada di dalam dia”, kita menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri. Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah atau TUHAN sendiri.
5. Seruan rangkap tiga (trisagion) dalam doa dan berkat keimaman Harun mengindikasikan Trinitas.
Penggunaan nama “TUHAN” (YHWH) tiga kali berturut-turut dalam Bilangan 6:24-26 dan sebutan “kudus” bagi Allah tiga kali berturut-turut dalam Yesaya 6:3 dan Wahyu 4:8. Tidakkah mengherankan bahwa ayat-ayat itu menyebutkan “TUHAN” dan “kudus” sebanyak tiga kali? Mengapa tidak tiga kali, atau lima kali, atau tujuh kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Trinitas!
Penggunaan nama “TUHAN” (YHWH) tiga kali berturut-turut dalam Bilangan 6:24-26 dan sebutan “kudus” bagi Allah tiga kali berturut-turut dalam Yesaya 6:3 dan Wahyu 4:8. Tidakkah mengherankan bahwa ayat-ayat itu menyebutkan “TUHAN” dan “kudus” sebanyak tiga kali? Mengapa tidak tiga kali, atau lima kali, atau tujuh kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Trinitas!
6. Penggunaan kata “esa” dalam Ulangan 6:4 menunjukkan Trinitas.
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (YHWH) itu Allah kita (Eloheynu), TUHAN (YHWH) itu esa!” (Ulangan 6:4). Kata “esa” yang digunakan disini dalam bahasa Ibraninya adalah “ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”.
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (YHWH) itu Allah kita (Eloheynu), TUHAN (YHWH) itu esa!” (Ulangan 6:4). Kata “esa” yang digunakan disini dalam bahasa Ibraninya adalah “ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”.
Kata “ekhad” ini sering berarti “satu
gabungan (a compound one)”, bukan “satu yang mutlak (an absolute one)”.
Berikut ini contoh-contoh dari penggunaan kata “ekhat”. Kejadian 1:5,
“Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang
dan jadilah pagi, itulah hari pertama (yom ekhad)”. Gabungan dari
petang dan pagi membentuk satu (ekhad) hari. Kejadian 2:24, Adam dan
Hawa menjadi satu (ekhad) daging. “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Bilangan 13:23, “Ketika
mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang
dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya;
juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara”. Frase “Setandan
buah anggur”, atau “satu (ekhad) tandan buah anggur” berati satu tandan
buah anggur yang pasti terdiri dari banyak buah anggur.
Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam
bahasa Ibrani yang berarti “satu yang mutlak (an absolute one)” atau
“satu-satunya”. Kata itu adalah “yakhid”. Contoh penggunaan kata
“yakhid” ini dapat dilihat dalam Kejadian 22:2,16 - “FirmanNya:
‘Ambillah anakmu yang tunggal (yakhid) itu, yang engkau kasihi, yakni
Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai
korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ...
kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN -
: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan
untuk menyerahkan anakmu yang tunggal (yakhid) kepadaKu”.
Jika Musa ingin menekankan tentang
“kesatuan yang mutlak” dari Allah dan bukannya “kesatuan gabungan” (a
compound unity), maka pastilah ia akan menggunakan kata yakhid dan
bukan¬nya ekhad untuk kata esa dalam Ulangan 6:4 tersebut. Kenyataannya,
Musa menggunakan kata ekhad dalam ayat tersebut, hal ini pasti
menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada
kejamakan dalam diri Allah.
Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas Dalam Perjanjian Baru
Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas Dalam Perjanjian Baru
Perjanjian Baru memberikan pernyataan
yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah.
Berikut secara ringkas bagian-bagian Perjanjian Baru dimana Trinitas
diajarkan.
1. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan juga menyetarakan Mereka. (Yohanes 5:31,32,37).
Yohanes 5:31 menunjukkan Yesus sebagai “saksi”, dan Yohanes 5:32,37a menunjukkan Bapa sebagai “saksi yang lain”, dimana untuk kata-kata “yang lain” digunakan kata bahasa Yunani “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itu menggunakan allos, maka itu menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet atau jenis yang sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut “Pengantara” atau “Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos” yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong (Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Di sini untuk kata-kata “yang lain” juga digunakan “allos”, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama. Dengan demikian Bapa, Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama, dan semua ini bisa digunakan untuk mendukung doktrin Trinitas. Memang di sini tidak terlihat kesatuan dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4; Markus 12:32; Yohanes 17:3 1Timotius 2:5 Yakobus 2:19 1 Korintus 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.
Yohanes 5:31 menunjukkan Yesus sebagai “saksi”, dan Yohanes 5:32,37a menunjukkan Bapa sebagai “saksi yang lain”, dimana untuk kata-kata “yang lain” digunakan kata bahasa Yunani “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itu menggunakan allos, maka itu menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet atau jenis yang sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut “Pengantara” atau “Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos” yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong (Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Di sini untuk kata-kata “yang lain” juga digunakan “allos”, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama. Dengan demikian Bapa, Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama, dan semua ini bisa digunakan untuk mendukung doktrin Trinitas. Memang di sini tidak terlihat kesatuan dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4; Markus 12:32; Yohanes 17:3 1Timotius 2:5 Yakobus 2:19 1 Korintus 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.
2. Perjanjian Lama menyebut TUHAN (YHWH)
sebagai Penebus dan Juruselamat (Mazmur 19:15; 78:35; Yesaya
43:3,11,14; 47:4; 49:7,26 ; 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak
Allah / Yesus¬lah yang disebut demikian (Matius 1:21 Lukas 1:76-79;
2:11; Yohanes 4:42; Galatia 3:13; 4:5; Titus 2:13).
3. Perjanjian Lama mengatakan bahwa
TUHAN (YHWH) tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati
orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 74:2; 135:21; Yesaya 8:18;
57:15; Yehezkiel 43:7,9; Yoel 3:17,21; Zakharia 2:10-11), maka dalam
Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja /
orang percaya (Kisah Para Rasul 2:4; Roma 8:9,11; 1 Korintus 3:16;
Galatia 4:6; Ef 2:22; Yakobus 4:5).
4. Perjanjian Baru memberikan pernyataan
yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yohanes
3:16; Galatia 4:4; Ibrani 1:6; 1 Yohanes 4:9), dan tentang Bapa dan Anak
yang mengutus Roh Kudus (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7; Galatia 4:6).
5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Markus 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Matius 11:25-26; 26:39; Yohanes 11:41; 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Roma 8:26).
5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Markus 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Matius 11:25-26; 26:39; Yohanes 11:41; 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Roma 8:26).
6. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga
pribadi Allah itu disebut dalam satu bagian Kitab Suci. Pada peristiwa
baptisan Kristus (Matius 3:16-17); Pada peristiwa Amana Agung (Matius
28:19); Penjelasan Paulus tentang Kharismata atau karunia-karunia Roh (1
Korintus 12:4-6); Berkat Rasuli (2 Korintus 13:13); Tentang kesatuan
tubuh Kristus (Efesus 4:4-6); dan pernyataan Petrus (1 Petrus 1:2).
Perlu diperhatikan dalam ayat-ayat di atas ini adalah bahwa
urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama disebutkan, Anak
sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga. Urut-urutan
dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka. Kalau Bapa memang
lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa Yesus kadang-kadang
ditulis lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus hanya sekedar
merupakan ‘tenaga aktif Allah’, maka juga merupakan sesuatu yang
mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu ditulis lebih dulu dari Allahnya
sendiri.
Dalam kasus-kasus tertentu, tiga nama
yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat.
Misalnya kalau dikatakan ada konferensi tingkat tinggi tiga negara, maka
kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua
negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri
luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Jadi,
kadang-kadang penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan bahwa tiga
orang itu setingkat. Itu tergan¬tung dari konteksnya; dan karena itu
harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga pribadi itu
disebutkan bersama-sama? Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh
Kudus disebutkan dalam konteks yang sakral, seperti formula baptisan
(Matius 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2 Korintus 13:13),
baptisan Yesus (Matius 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa
dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus
itu setingkat.
7. Dalam Matius 28:19 dikatakan “dalam
nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”. Secara khusus, frase Yunani yang
tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou
patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi
“baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal
yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama
yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo”
yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk
tunggal, bukan bentuk jamak)! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name
(bentuk tunggal), bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan
hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga
menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa.
PROBLEM TRINITAS
Mereka yang menyangkali Trinitas kadang-kadang tidak setuju dengan penggunaan istilah-istilah tertentu yang kelihatannya mengimplikasikan bahwa Kristus itu lebih rendah dari Bapa, yang kalau itu benar, maka itu akan menyangkali Trinitas. Beberapa istilah problematik akan di bahas di sini.
PROBLEM TRINITAS
Mereka yang menyangkali Trinitas kadang-kadang tidak setuju dengan penggunaan istilah-istilah tertentu yang kelihatannya mengimplikasikan bahwa Kristus itu lebih rendah dari Bapa, yang kalau itu benar, maka itu akan menyangkali Trinitas. Beberapa istilah problematik akan di bahas di sini.
1. Arti dari kata “dilahirkan”. Istilah
dilahirkan di gunakan di dalam beberapa pengertian sehubungan dengan
Kristus. Pertama, berdasarkan Matius 1:20, dinyatakan dengan jelas bahwa
Kristus dilahirkan dalam kemanusiaan-Nya bukan dalam keilahian-Nya.
Kristus adalah Allah dari sejak kekekalan (Mikha 5:2), tetapi di
Bethlehem Ia mengambil natur tambahan, yaitu natur manusia. Roh kudus
berperan dalam kandungan Maria untuk menjamin ketidakberdosaan
kemanusiaan Kristus. Dengan referensi pada kemanusiaan Kristus maka
istilah dilahirkan itu digunakan; kata itu tidak akan pernah digunakan
dengan referensi pada keilahian-Nya. Dilahirkan tidak berkaitan dengan
keberadaan Yesus sebagai Putra Allah. Dalam ruang dan waktu, Yesus
mendeklarasikan diri sebagai Putra Allah. (Mazmur 2:7; Kisah Para Rasul
13:32-33; Roma 1:4). Ayat-ayat ini semua menekankan bahwa keberadaan
Yesus sebagai Putra Allah dikukuhkan dan diverifikasi oleh kebangkitan.
Jadi, kebangkitan tidak menjadikan Ia Putra Allah. Yesus adalah Putra
Allah sejak kekekalan. Jadi, Mazmur 2:7 dan Kisah Para Rasul 13:33
menekankan bahwa dilahirkan menunjuk pada deklarasi publik tentang
Kristus sebagai Putra Allah (tetapi bukan asal mula dari Kristus sebagai
Putra Allah).
2. Arti dari frase “Anak Sulung”. Mereka
yang menyangkal keilahian Kristus seringkali melakukannya dengan
menunjuk pada istilah anak sulung, mengartikan bahwa apabila istilah itu
berkaitan dengan Kristus maka harus berimplikasi Ia memiliki permulaan
dalam waktu. Namun demikian, baik studi leksikal dari kata itu demikian
juga studi konteksual dari penggunaan kata itu memberikan solusi yang
berbeda akan arti anak sulung. Dalam budaya Perjanjian Lama penekanan
utama adalah pada status anak tertua. Ia menikmati dua bagian dari
warisan (Ulangan 21:17), hak-hak yang lebih dari anggota keluarga lain
(Kejadian 27:1-4, 35-37), perlakuan khusus (Kejadian 43:33), dan
penghormatan dari yang lain (Kejadian 37:22). Secara figuratif, kata itu
menunjuk pada prioritas atau supremasi (Keluaran 4:22; Yeremia 31:9)
dan digunakan untuk Kristus. Di Kolose 1:18 di mana Kristus disebut
sebagai anak sulung memberikan arti yang jelas: sebagai yang sulung,
Kristus adalah kepala dari Gereja dan paling tinggi dari segalanya. Di
Ibrani 1:6 supremasi Kristus sebagai yang sulung tampak dalam hal
malaikat-malaikat menyembah Dia. Hanya Allah yang disembah. Mazmur 89:28
mungkin satu dari penjelasan yang paling jelas dari istilah yang
sulung. Ini adalah sebuah contoh dari puisi sintetik dalam bahasa Ibrani
dimana baris kedua menjelaskan yang pertama. Dalam Mazmur Mesianik ini
Allah meneguhkan bahwa Mesias akan menjadi yang sulung, yaitu raja yang
tertinggi di bumi ini. Yang sulung dijelaskan memerintah atas para raja
di seluruh dunia. Baik dari studi bahasa dan eksegis adalah jelas bahwa
yang sulung berfokus pada keutamaan status dari Yesus sebagai Mesias.
3. Arti dari frase “Anak Tunggal”.
Istilah anak tunggal (Yunani monogenes) (lihat: Yohanes 1:14, 18; 3:16; 1
Yohanes 4:9) tidak berarti titik awal dalam waktu tetapi bahwa Yesus
adalah Anak Tunggal Allah yang “unik”, “hanya satu-satunya dan tidak ada
yang lain sejenis Dia”, “satu-satunya contoh dari kategorinya”. Anak
tunggal “digunakan untuk menandai keunikan Yesus di atas semua
keberadaan di dunia dan di surga”. Di Kejadian 22:2, 12, 16 mencerminkan
konsep dari “hanya, berharga” sebagaimana Ishak dipandang oleh ayahnya,
Abraham. Rasul Yohanes menjabarkan kemuliaan yang terpancar dalam
keunikan Putra Allah, tidak ada siapapun yang memancarkan kemuliaan
Allah (Yohanes 1:14); lebih dari itu, Anak “menjelaskan” Bapa, di mana
tidak ada siapapun, kecuali Putra Allah yang dapat menjelaskan Bapa.
Putra Allah yang unik, yang Allah utus ke dunia; hidup kekal disediakan
hanya melalui Putra Allah yang unik (Yohanes 3:16). Dalam mempelajari
bagian itu adalah jelas bahwa Anak Tunggal tidak berarti menjadi berada,
tetapi mengekspresikan keunikan dari pribadi itu. Kristus adalah Unik
sebagai Putra Allah, yang diutus oleh Bapa dari Surga.
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, bersama dengan dengan R.C Sproul kita dapat berkata bahwa “doktrin Trinitas menjelaskan batas pemikiran kita yang terbatas. Doktrin Trinitas menuntut kita untuk setia pada wahyu Ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan dalam pengertian lainnya Dia adalah tiga” . Selanjutnya Sproul menyimpulkan bahwa:
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, bersama dengan dengan R.C Sproul kita dapat berkata bahwa “doktrin Trinitas menjelaskan batas pemikiran kita yang terbatas. Doktrin Trinitas menuntut kita untuk setia pada wahyu Ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan dalam pengertian lainnya Dia adalah tiga” . Selanjutnya Sproul menyimpulkan bahwa:
Pertama, doktrin Trinitas meneguhkan kesatuan Allah di dalam tiga pribadi.
Kedua, doktrin Trinitas bukan merupakan suatu kontradiksi melainkan paradoksi: Allah memiliki satu esensi dan tiga pribadi.
Ketiga, Alkitab (Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru) meneguhkan baik keesaan Allah dan Keilahian dari Bapa,
Anak, dan Roh Kudus.
Keempat, ketiga Pribadi di dalam Trinitas dibedakan melalui karya yang dilakukan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Kelima, Doktrin Trinitas memberikan batasan kepada spekulasi manusia tentang natur Allah.
DAFTAR REFERENSI YANG DIANJURKAN:
Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI: Jakarta
Berkhof, Louis., 2011. Systematic Theology. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Boice, James M., 2011. Fondations Of The Christian Faith: A Comprehensive And Readable Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Church Historian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Daun, Paulus., 1994. Bidat-Bidat Kristen dari Masa ke Masa. Yayasan Daun Family: Manado.
Drewes, B.F, Wilfrid Haubech & Heinrich Vin Siebenthal., 2008. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jilid 1 & 2. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Enns, Paul., 2000. Approaching God, jilid 1. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. Jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Frame, John M., 2010. Apologetics To The Glory Of God: An Introduction. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Grudem, Wayne., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta.
Kennedy, D. James., 2000. Why I Believe. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Letham, Robert., 2011. The Holy Trinity: In Scripture, History, Theology, and Worship. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Matindas, B.E., 2010. Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth : A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK: Jakarta.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 1 dan 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Sproul, R.C., 2008. Defending Your Faith: An Introduction To Apologetics. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Strobel, Lee., 2002. The Case For Christ. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Susabda, Yakub B., 2010. Mengenal dan Bergaul Dengan Allah. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Susanto, Hasan., 2003.Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Tabb, Mark, ed., 2011. Theology. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria: Yogyakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Tong, Stephen., 2012. Allah Tritunggal. Edisi Revisi, Penerbit Momentum: Jakarta.
Urban, Linwood., 2006. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Van Til, Cornelius., 2010. An Introduction to Systematic Theolog: Prolegomena and the Doctrine of Revelation, Scripture, and God. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Williamson, G.I., 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Wongso, Peter., 1992. Sejarah Gereja. Seminari Alkitab Asia Tenggara: Malang.
(Pdt. Samuel T. Gunawan adalah teolog Protestan-Kharismatik, Pendeta dan Gembala di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya)
DAFTAR REFERENSI YANG DIANJURKAN:
Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI: Jakarta
Berkhof, Louis., 2011. Systematic Theology. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Boice, James M., 2011. Fondations Of The Christian Faith: A Comprehensive And Readable Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Church Historian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Daun, Paulus., 1994. Bidat-Bidat Kristen dari Masa ke Masa. Yayasan Daun Family: Manado.
Drewes, B.F, Wilfrid Haubech & Heinrich Vin Siebenthal., 2008. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jilid 1 & 2. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Enns, Paul., 2000. Approaching God, jilid 1. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. Jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Frame, John M., 2010. Apologetics To The Glory Of God: An Introduction. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Grudem, Wayne., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta.
Kennedy, D. James., 2000. Why I Believe. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Letham, Robert., 2011. The Holy Trinity: In Scripture, History, Theology, and Worship. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Matindas, B.E., 2010. Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth : A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK: Jakarta.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 1 dan 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Sproul, R.C., 2008. Defending Your Faith: An Introduction To Apologetics. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Strobel, Lee., 2002. The Case For Christ. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Susabda, Yakub B., 2010. Mengenal dan Bergaul Dengan Allah. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Susanto, Hasan., 2003.Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Tabb, Mark, ed., 2011. Theology. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria: Yogyakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Tong, Stephen., 2012. Allah Tritunggal. Edisi Revisi, Penerbit Momentum: Jakarta.
Urban, Linwood., 2006. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Van Til, Cornelius., 2010. An Introduction to Systematic Theolog: Prolegomena and the Doctrine of Revelation, Scripture, and God. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Williamson, G.I., 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Wongso, Peter., 1992. Sejarah Gereja. Seminari Alkitab Asia Tenggara: Malang.
(Pdt. Samuel T. Gunawan adalah teolog Protestan-Kharismatik, Pendeta dan Gembala di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar