Kemudian Ayah mendekatiku dan menindih tubuhku, diciumnya bibirku dengan
hangat. Tangannya meremas-remas pantatku, lalu bibirnya turun di atas
payudaraku dan diciumnya sambil dihisapnya bergantian. Aku hanya
mendesah keenakan ketika dibukanya kedua kakiku dan Ayah berjongkok dan
mulai menjilati vaginaku. Aku mendesah-desah tidak kuat, tapi Ayah terus
menjilati dan menghisap-hisap vaginaku yang sudah basah lagi. Ayah pun
sepertinya sudah tidak tahan, sehingga diarahkannya batangnya ke lubang
vaginaku. Kemudian digesek-gesekkannya kepala batangnya yang plontos itu
di belahan vaginaku berulang-ulang. Aku melenguh menahan sensasi nikmat
di daerah vaginaku.
Setelah semakin basah, Ayah menekan kepala batangannya untuk masuk lebih dalam pada lubang vaginaku.
Diperlakukan seperti itu aku berteriak, "Akhh.. sakitt.. Yah..!"
"Tahan sedikit Sayang..!" ucap Ayah menenangkanku.
Kemudian
Ayah mencobanya lagi hingga berkali-kali. Dan akhirnya, Blessh.. Ayah
menekan batangnya dalam sekali hingga selaput daraku robek. Aku menjerit
menahan nyeri dan merasakan vaginaku begitu sesak.
Ayah
mendiamkan aktifitas tubuhnya sambil mengelus-elus tubuhku. Tidak terasa
air mataku menetes setelah beberapa saat ayah menggerakkan pinggulnya
dan mulai mengeluar-masukkan batang kemaluannya. Aku melenguh nikmat
sekaligus perih. Ayah menggenjotku selama 10 menit. Vaginaku sudah
semakin basah dan aku menjerit karena mendapatkan orgasme lagi.
Kurasakan vaginaku berdenyut-denyut. Ayah mendiamkan batang
kejantanannya di dalam vaginaku sambil menyedot-nyedot payudaraku.
Kemudian
Ayah mencabut batangnya dan menyuruhku menungging. Kurasakan vaginaku
dimasuki kembali batang kemaluan Ayah, setelah itu mulai
dikeluar-masukkan kembali ke vaginaku dengan pelan. Sementara itu tangan
Ayah masih meremas-remas dan menarik-narik puting payudaraku dengan
kuat. Aku mulai mendesah menahan rasa nikmat.
"Ayahh.., ahh.. teruss.. sodokk.. sodokk.. enakk sekali..!" racauku tidak tahu malu.
Ayah terus menekan dan menarik batangnya semakin cepat, dan aku semakin meracau tidak karuan.
"Akhh.., Nissaa suka.. ohh.. teruss.. ahh..!"
Ayah
terus meyodok vaginaku dengan kuat, aku pun memaju-mundurkan pantatku
sehingga persetubuhan kami sangat menggairahkan. Aku dan ayah
mendesah-desah penuh kenikmatan.
"Ohh.. auhh.. akhh..!" aku pun makin keras mendesah.
Ayah semakin cepat mengeluar-masukkan batang kejantanannya.
"Ahh.. Nissa mau keluarr.. Yahh..!" teriakku karena aku akan orgasme.
Ayah
semakin gencar menyodok-nyodok vaginaku sambil terus menarik-narik dan
meremas-remas payudaraku. Sodokan-sodokan pada vaginaku membuatku
menjerit karena merasa tidak tahan lagi.
"Akhh.. ehhmm..!" lenguhku.
Tubuhku
lemas sambil memeluk Ayah kuat-kuat. Karena Ayah belum orgasme, Ayah
terus mengeluar-masukkan batangnya tanpa memperdulikan vaginaku yang
masih ngilu.
"Ohh.. ahh.. Nissaa engga kuatt.. aughh..!"
teriakkanku malah makin membuat Ayah semakin cepat menghujamkan
batangnya pada vaginaku.
"Ayahh.. hampirr.. Sayang.., tahan sebentar.. ohh..!" lenguh Ayah.
Lalu
kurasakan Ayah memelukku erat-erat seiring dengan tembakan spermanya,
rasanya hangat dan nikmat. Tubuhku lunglai dan Ayah masih mendiamkan
batangnya berada dalam vaginaku. Kami berpelukan sambil mengatur napas.
Setelah
agak tenang, Ayah mencabut batangnya. Kemudian kami berciuman dengan
mesra, lidah kami saling berpaut diselingi hisapan-hisapan Ayah di
lidahku. Tangan Ayah tentu saja meremas-remas payudaraku. Semakin lama
kami semakin terangsang kembali. Ayah memainkan puting payudaraku,
dijilat-jilatnya dengan rakus dan terus menghisap dengan penuh nafsu.
Aku mulai mendesah merasakan vaginaku basah kembali. Ayah meneruskan
jilatannya ke perutku, kemudian menyuruhku mengangkat dan melipat kedua
kakiku ke atas hingga berada di antara kepalaku. Dengan posisi ini sudah
jelas vaginaku yang basah terbuka lebar di depan matanya.
Ayah
menjilat-jilat vaginaku sambil menusuk-nusukkan lidahnya di antara
belahan vaginaku. Mendapat rangsangan seperti itu aku mendesah tidak
terkendali lagi.
"Ohh.. Ayahh.. enak sekali.. teruss.. ohh.. hisapp teruss..! Hisapp.. memekk Nissa.. ohh..!"
Ayah
semakin cepat menghisap-hisap vaginaku yang banjir oleh cairan
kewanitaanku. Aku semakin merengganggkan kedua kakiku lebar-lebar agar
Ayah lebih leluasa melakukan gerakannya.
Jilatan-jilatan di vaginaku yang enak itu membuatku memohon-mohon.
"Ohh.. Ayahh.., masukkan..! Nissaa.. mohon..!" pintaku pada Ayah.
Ayah
pun menggesek-gesekkan batang kejantanannya di vaginaku yang becek. Aku
melenguh nikmat, mulutku mendesis-desis tidak tahan. Ayah memasukkan
batangnya pada lubang vaginaku.
Penetrasinya itu membuatku terus
meracau, "Oh.. enakk Yahh.. yeahh.. lebih cepat.. ohh.. enakk sekali..
sodok.. terus.. memek Nissa Yahh..! Akhh.. mmff.. ohh..!"
"Iya Sayangku. Ayahh.. suka memek kamu.. ohh.. Nissaa..!" racau Ayah membalasku.
Genjotan ayah di vaginaku semakin cepat dan liar hingga terasa menyentuh rahimku.
"Nissa.. mau keluar Yahh.., ohh..!" teriakku.
"Ayahh.. juga Sayang.., ohh..!"
Crott..
crott.. crott..! Kami berdua menjerit, bersamaan itu kurasakan tembakan
sperma Ayah yang kuat. Ayah mencium bibirku. Karena kelelahan, kami pun
tertidur lelap.
Paginya saat kami bangun, Deri naik ke ranjang.
Dia yang tidak mengerti apapun tersenyum manis sambil berkata, "Deri juga mau.. bobo ama Bunda Nissa yah."
Kami hanya berpandangan dengan penuh kemesraan sambil memeluk Deri.
Keesokannya ketika aku datang ke kamar Ayah, dia sedang berbaring di tempat tidur. Kudekati dan duduk di tepian ranjang.
"Kenapa Deri dan Ina pergi jalan-jalan tanpa Ayah..?" tanyaku pada Ayah.
"Ayah sedikit pusing Sayang." jawab Ayah sambil tersenyum.
"Hmm.. Nissa pijit ya..?" Ayah pun mengangguk.
Aku
pun memijit dahi Ayah sambil menatap matanya. Mungkin karena gemas,
Ayah menarik kepalaku dan mencium bibirku dengan lembut, lalu dikulumnya
dan dihisap-hisapnya lidahku, aku pun membalasnya. Tiba-tiba tubuhku
ditarik ke sampingnya dan Ayah menindihku sambil menciumi leherku,
kemudian kembali lagi melumat bibirku yang basah.
Ayah menarik
baju ketat yang kupakai. Aku pun membantu Ayah melepaskan seluruh
pakaiannya hingga kami berdua telah telanjang. Lalu Ayah berbisik di
telingaku.
"Sayang.., Ayah ingin bercinta denganmu." aku hanya tersenyum.
Tanpa dikomando, Ayah mencium bibirku dan tangannya sibuk meremas-remas payudaraku.
Aku pun mulai meresponnya dengan desahan, "Ahh.. Ayahh..!"
Ayah meneruskan jilatannya ke leherku, ketiak dan mengakhirinya di payudara kiriku. Dijilatinya seluruh payudaraku hingga basah.
Lalu
Ayah berdiri menuju selangkanganku. Aku pun mengangkangkan kedua kakiku
dan kurasakan jari Ayah menyibakkan vaginaku. Jilatan lidahnya
membuatku tersentak dan medesah tidak karuan, apalagi Ayah melakukannya
berulang-ulang. Refleks kakiku bergerak menjepit kepala Ayah, tapi Ayah
memegangi kedua kakiku agar tetap dalam posisi mengangkang. Yang
kurasakan saat itu adalah jilatan-jilatan Ayah yang sungguh luar biasa.
Cairan kewanitaanku meleleh keluar terus menerus.
"Ohh.. Ayahh.. Nissa engga kuatt lagi.. ahh..!" jeritku sambil mencengkram seprei yang kami tiduri.
Setelah
hampir 10 menit menjilati dan menghisap-hisap vaginaku, akhirnya aku
mencapai orgasme, kujepit kepala Ayah. Ayah pun bangkit, kemudian
tubuhku ditindihnya, bibirnya mencium bibirku dengan sangat bernafsu.
Tangannya tidak mau kalah meremas-remas payudaraku dengan kuat. Lalu
Ayah bersimpuh di antara pahaku dan menggesek-gesekkan jempolnya di
belahan vaginaku yang masih basah.
Aku medesah keenakan, "Ahh.. Ayahh.. enakk.. Sayangg.., nikmat sekalii..!"
Aku
semakin membuka kakiku lebar-lebar, Ayah dengan sigap mengarahkan
batang kejantanannya yang sudah menegang itu ke vaginaku. Lalu kurasakan
gesekan-gesekan kepala batang penisnya yang sangat enak dan hangat.
"Ohh.. Ayahh.., teruss.. Sayangg.. aughh.. enak sekali..!"
Ayah pun menekan batang kemaluannyanya hingga amblas.
"Akhh..!" jeritku.
Lalu ayah mengeluar-masukkan batangnya. Saat itu juga aku mendesah-desah lagi, cairan kewanitaanku mulai keluar dari vaginaku.
Ayah
nampaknya mengerti keadaanku, sehingga dinaikkannya tempo gerakannya.
Ditarik.. ditekan.. berulang-ulang. Dengan refleks kugoyang pinggulku ke
kanan dan ke kiri. Akhirnya aku merasakan ada kekuatan yang menjalar di
vaginaku.
Aku meracau keras, "Ahh.. Sayang.. teruss.., Ayahh.. ohh.. ohh.. Nissa.. mauu.."
Ayah pun ikutan meracau, "Iya.. Sayang.. ayo keluarkan.. ayo..! Agar memekmu bisa meremas kontolku..! Aohh..!"
Tanpa dapat kami bendung lagi, aku dan Ayah menjerit bersamaan.
"Ayahh.. keluarr.. ohh..!"
"Ayahh.. ohh..!" jeritku sambil berpelukan dengan erat.
Kurasakan lelehan cairan keluar dari vaginaku. Ayah mencium bibirku, tubuh kami terkulai lemas.
Beberapa
saat kami terdiam sambil berpelukan. Lalu Ayah menyuruhku berdiri di
dekat meja. Aku menurutinya saat satu kakiku dinaikkan di atas meja dan
kedua tanganku bertumpu pada dinding. Ayah mencium bibirku, sedangkan
tangan kirinya mengorek-ngorek vaginaku yang terbuka lebar. Aku mendesis
saat jari-jari ayah menggesek-gesek klitorisku.
"Ahh.. Sayang.., teruss..! Ohh memek Nisa.. ohh..!" racauku.
Ayah tersenyum dan menimpali racauanku, tetapi tangannya masih mengorek-ngorek vaginaku yang sudah lembab.
"Kenapa memek kamu Nisa sayang..?"
"Ohh.. Ayahh.. memek Nissaa.. basahh.. Yahh.. ohh..!" jawabku sambil melenguh tidak kuat.
"Iya.. Sayang, memek kamuu basah.. Ayahh.. suka. Nanti kontol Ayah akan bersarang di sana sayangku..!"
Mendengar kata-kata jorok Ayah, aku semakin gila dan terangsang.
"Ohh.. Ayahh.. teruss.. lebihh.. cepatt..! Nisaa.. mauu.." ucapku lirih.
"Mau.. apaa.. Sayang..?" ucap Ayah sambil terus menggesek-gesekkan klitorisku yang semakin besar.
"Ohh..
Nissaa.. mauu.. kontol Ayahh.. ahh.. Ayahh.. masukin dong..! Memek..
Nissaa.. inginn.. kontol.. Ayahh..!" jawabku tidak terkendali lagi.
"Baikk..
Sayang.., memekmu sudahh tak tahan ya..? Rasakan kontol.. Ayahh.. ini..
ohh..!" ucap Ayah sambil mengarahkan batang kejantanannya pada lubang
vaginaku dan menggesekkannya ke atas ke bawah.. berulang-ulang.
Aku medesah penuh kenikmatan, "Ohh.. enakk.. Yahh.. masukkan lagii.. ohh..!" pintaku pada Ayah.
Ayah pun langsung menekannya hingga amblas pada vaginaku.
"Akhh..!" jeritku menahan rasa sakit.
Ayah mengeluar-masukkan batangnya dengan cepat. Aku semakin menjerit histeris.
"Oh.. Ayahh.. enakk.. kontolmu.. masukk.. memekku.. ohh..!"
"Iya.. Sayang.. terimalahh.. kontolku.. oughh..!" lenguh Ayah sambil terus menggenjot vaginaku semakin cepat.
Gerakanku semakin liar, napas kami turun naik menahan kenikmatan yang telah sampai pada ubun-ubun kepala kami.
Akhirnya aku menyerah sambil menjerit keras, " Ahh.. Sayang.. memek.. Nissa.. mauu.. keluarr.. ohh..!"
"Iya.. Ayah.. jugaa.. tahan.. Sayangku.. rasakan.. pejuhku.. yang banyak ini.. ohh..!"
"Ayah, Nissaa.. ohh.. ohh..!" desahku menyambut orgasme yang kurasa akan meledak.
"Iyaa..
Sayang, keluarkan.. Sayang.. Ayahh.. ingin.. memek.. kamu mejepit
kontol Ayahh.. ahh..!" racau Ayah menggenjotku keras dan sangat cepat.
Aku dan Ayah memekik bersamaan, "Akh.. ohh..!"
"Crott.. crot.. crot..!" sperma Ayah memenuhi vaginaku.
Ayah
memelukku erat sambil menahan tubuhku yang sudah ambruk pada pundaknya.
Dicabutnya batangnya, kemudian kujilati hingga bersih. Kami pun naik ke
ranjang dan tertidur.
Kejadiaan itu terus berulang selama 3
bulan setelah aku mencoba memberanikan diri untuk mendekatkan diriku
pada seseorang pria. Dan hubungan kami bertumbuh menjadi hubungan yang
serius, aku menjadi kekasihnya. Akhirnya aku pun kemudian menikah
dengannya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar