Pdt. Dr. Benny Giay. Foto: Dok MS
Jakarta, MAJALAH SELANGKAH -- Tanah Papua sedang dibuat situs konflik dan situas pertumpahan darah oleh militer atas nama Negara.
"Kita bisa lihat dari sejarah panjang sejak Papua dianeksasi ke Indonesia hingga sekarang tidak pernah ada titik penyelesaiaan. Namun konflik Papua masih gencar. Jika Indonesia mau damaikan konflik Papua, Indonesia jangan hanya bermimpi saja, tetapi mimpi itu harus realisasikan."
Demikian dikatakan Ketua Sinode Kingmi Papua, Pendeta Benny Giay pada diskusi publik bertema "Masa Depan Papua dalam Pemerintahan Jokowi-JK" yang digelar di kantor Komisi Tindak Kekerasan dan Orang Hilang (KontraS), Borobudur Nomor 14, Menteng, Jakarta Pusat Jumat, (03/10/14).
"Konflik Papua dan Indonesia seperti bermain bola tanpa wasit. Indonesia gampang buat apa saja kepada orang Papua dengan apa yang dia mau, dicap separatis dan lainnya. Indonesia tidak sadar bahwa separatis itu datang dari mana? Padahal separatis itu diciptakan sendiri," tutur Benny.
Benny menjelaskan, dulu Soekarno dicap separatis oleh pihak penjajah Belanda. Sekarang Indonesia cap orang Papua dengan label yang sama. "Penjajah itu buat sampai tananan kehidupan orang Papua menjadi hancur sampai akar-akarnya," kata Benny tegas.
"Pada tahun 2011, Gereja-gereja Papua pernah membuat kesepakatan dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal militer. Saat itu SBY berjanji akan dilakukan pendekatan dialogis tapi seolah negara ini ada dua. Dikatakan dialogis, tetapi presiden lain di Papua diperintahkan represif terhadap rakyat Papua," tuturnya.
Benny berharap, presiden terpilih Joko Widodo dapat menepati janji-janji yang tidak pernah direalisasi oleh presiden sebelumnya.
"Semoga Jokowi-JK tidak seperti Presiden SBY yang memberikan janji tapi tidak pernah realisasikan. Kita harap, melalui presiden terpilih Jokowi-JK mengubah situsi konflik menjadi zona damai melalui dialog," harap Benny.
Sejumlah tokoh menjadi pembicara di dalam diskusi ini. Mereka adalah Rini M Soemarno (Ketua Tim Transisi Jokowi-JK); Dr. Pdt. Benny Giay (Ketua Sinode Kingmi); Dr. Budi Hermawan (Akademisi/Peneliti Isu Papua); Dr. Adriana Elisabet (LIPI); dan Haris Azhar (Koordinator KontraS).
Diketahui, Djoko Suyanto (Menkopolhukam) yang dijadwalkan memberikan materi pada dikusi ini tidak hadir. (Mateus Badii/MS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar