Rabu, 15 Oktober 2014

Benny : Pelayanan Gereja Harus Holistik


Selasa, 14 Oktober 2014 08:46

Benny : Pelayanan Gereja Harus Holistik

Dari Pelatihan 100 Umat Tuhan di Solo

Suasana Pelatihan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Bagi Kelompok Usaha Mikro Dampingan LPKP Provinsi Papua di Aston Hotel Kota Solo, Senin, (18/11)SOLO – Kemarin, (Senin, 18/11) sebanyak 100 umat Tuhan yang difasilitasi oleh Lembaga Pemberdayaan Keagamaan Papua (LPKP) mengikuti kegiatan Pelatihan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Bagi Kelompok Usaha Mikro Dampingan LPKP Provinsi Papua di Kota Solo atau Surakarta. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama LPKP dan Yayasan Insan Sembada (YIS) Solo, dan berlangsung dari 18-23 November 2014.
  Direktur Eksekutif  LPKP, Benny Sweny, S.Sos., mengatakan, pelayanan Gereja yang holistik adalah pelayanan seutuhnya dimana pelayanan yang mencakup pemberitaan Injil, baik secara verbal maupun secara perbuatan dan ditujukan untuk menjangkau manusia seutuhnya pula, yaitu manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa, dan Roh dan manusia yang mempunyai kaitan-kaitan sosial, budaya, ekonomi, hukum dan politik dengan lingkungannya.

“Agenda Allah untuk memulihkan segala sesuatu dikenal sebagai PELAYANAN MENYELURUH (Holistic Ministry). Pelayanan menyeluruh dan utuh memandang kepada Allah dan penerapan kebenaran Alkitabiah guna mentransformasikan kehidupan gereja, masyarakat, dan bangsa,” ungkapnya saat memberikan arahan dalam kegiatan Pelatihan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Bagi Kelompok Usaha Mikro Dampingan LPKP Provinsi Papua di Aston Hotel Kota Solo, Senin, (18/11).
  Pembangunan yang utuh adalah suatu model pembangunan yang lebih bersifat transformatif yang menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat baik secara jasmani dan rohani dimana masyarakat tampil sebagai subyek dan obyek dari pembangunan yang ditandai oleh partisipasi secara nyata dalam pembangunan.
  Contohnya, perintah Allah bahwa taklukan bumi yang merupakan mandat budaya, pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, perjalanan Yesus yang menyeluruh dalam menyentuh kehidupan manusia, menyembuhkan yang sakit secara fisik (buta, tuli, dan sebagainya) yang dilecehakn secara sosial seperti pemungut cukai, perempuan Samaria, secara politik agama Ia (Yesus) menentang sikap ahli-ahli Taurat.
  Terkait dengan itu, Yesus mengajarkan kita untuk memiliki jiwa wirausaha (enterpreneur). Wirausaha perubahan cara pandang dan pembentukan karakter usaha dan semangat. Namun diingat bahwa salah satu indikator yang menghambat adalah pola konsumtif. Pola konsumtif menjadikan pengusaha yang dulunya produktif menjadi tidak berdaya.
Masyarakat lebih mementingkan kebutuhan sesaat jangka pendek dalam membelanjakan dana yang dimiliki dibandingkan menanamkan dananya untuk kebun, ternak (ayam, sapi, babi, itik, kambing dan ikan) yang dimilikinya.
  Nah, pelatihan ini dilakukan agar mulai merubah perilaku konsumtif tersebut, perlu adanya pengembangan usaha ekonomi  mikro yang meliputi, pendampingan yang berkelanjutan, pendanaan melalui lembaga keuangan dengan kelompok usaha ekonomi mikro untuk pemberian kredit dengan proses yang mudah dengan bunga yang rendah, pelatihan dengan wawasan dan ketramplan kewirausahaan dan pembentukan sikap untuk selalu berpikir maju, menampung dan memasarkan produksi usaha rakyat serta infrastruktur penunjang, akses dan distribusi informas koperasi gereja melalui media center umat yang dikembangkan oleh LPKP Provinsi Papua.
  “Seorang ekonom peraih nobel menyatakan bahwa orang disebut miskin karena mereka tidak bisa melalukan sesuatu,”  tandasnya.
Dengan demikian, marilah kita melakukan sesuatu untuk sesama umat kita di Papua demi hormat dan kemuliaan nama Tuhan, dan mewujudkan visi misi Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera di segala aspek kehidupan.
  Diharapkannya, peserta yang mendapatkan pelatihan ini, saat kembali ke Tanah Papua, khususnya di lingkungan gereja dan tempat tinggalnya masing-masing, dapat dikembangkan, yang nantinya dapat lahirnya kelompok-kelompok usaha gereja yang baik bergerak di bidang koperasi dan lainnya.
  Disamping itu pula dirinya mengharapkan bahwa usaha-usaha gereja itu dapat dilembagakan, yang dalam hal ini di setiap wilayah gereja/sinode dapat membentuk satu divisi/departemen yang tugasnya berpikir untuk pengembangan usaha ekonomi. Dan sampai di tingkat jemaat, dalam pembentukan koperasi diharapkan menjadi bagian dari kelembagaan gereja itu sendiri yang memiliki manajemen tersendiri yang berada dibawah naungan gereja/sinode.
”Kami harapkan teman-teman dari YIS dapat melatih 100 umat Tuhan ini dengan baik dan membentuk kelompok-kelompok usaha, dan kelompok usaha jemaat ini dapat bergerak di bidang usaha Sembako dan lainnya,” tukasnya.
  Ditegaskannya, setelah pelatihan ini,  LPKP membentuk kelompok usaha jemaat yang nantinya didalam pelaksanaannya selain mendapatkan bantuan usaha, tetapi juga dilakukan pendampingan sehingga usaha jemaat itu mampu berdiri sendiri.
  LPKP juga akan bekerjasama dengan lembaga perbankan yang dapat memberikan fasilitas kredit kepada jemaat yang melaksanakan usahanya. Pemberian kredit ini tentunya dengan proses yang muda dan suku bunga yang rendah. (nls/don/l03/par)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar