Senin, 06 Oktober 2014

Thank’s Jenderal Christian, Selamat Datang Jenderal Frensen

Penulis :  on September 30, 2014 at 01:57:18 WP

Category: Opini
Tags: 
Bersama Mayor Jenderal Christian Zebua ( Foto : Syaiful )
Bersama Mayor Jenderal Christian Zebua ( Foto : Syaiful )
Ketika ditanya, apa pendapat pribadi saya pada sosok Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua? Jawabannya : Saya sulit untuk mendiskripsikannya. Karena faktanya, saya memang tidak dekat dengan beliau, walaupun saya seorang wartawan. 
Tidak hanya Pangdam saat ini, yang sebelumnya, bahkan semua prajurit yang pernah menjadi Panglima Kodam XVII/Trikora hingga berubah nama menjadi Cenderawasih itu, tidak satupun yang saya kenal baik atau yang mengenal saya. Kalau sebatas tahu saja, iya, itupun lewat media massa.
Dalam pemahaman saya, memberikan penilaian atau pandangan terhadap seseorang, apakah cantik, ganteng, kurus, gendut, tinggi, pendek, dan sebagainya, harus objeknya dilihat terlebih dahulu. Tanpa melihat, tentu tak bisa. Atau bagi kalangan seniman music, tanpa mendengar suara atau nada, tentu tak bisa.
Demikian halnya dengan dunia wartawan. Ketika seorang wartawan ditempatkan pada Pos Pertahanan Keamanan, maka ia akan mengenal baik siapa saja narasumber yang berada di wilayah liputannya. Karakteristik narasumber, meliputi sikap, tutur kata dan perbuatan, tentu akan sangat dipahami dengan baik oleh wartawan yang ditempatkan oleh medianya di wilayah tersebut. Contoh, ketika wartawan olahraga diminta untuk menulis berita tentang Kodam, tentu ia akan mengalami kesulitan, bahkan bisa banyak ralatnya, baik menyangkut nama, pangkat hingga intisari pemberitaan.
Karena itu, ketika tim penulis buku meminta saya sebagai wartawan Papua untuk memberikan pandangan atau penilaian pada sosok Pangdam XVII/Cenderawasih, Christian Zebua, saya cukup kaget. Sebenarnya ingin menolak, mengapa? karena saya merupakan contoh wartawan yang tidak pernah ngepos di wilayahnya Kodam XVII/Cenderawasih. Saya juga bukan seorang pengamat Hankam, yang setiap hari mengikuti perkembangan Hankam di Papua.
Tapi kemudian niatnya batal, setelah saya mengingat sepenggal catatan saya ketika mendengar sambutan yang luar biasa dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua pada acara silaturahmi bersama para wartawan, di Makodam Jayapura, Jumat (19/9 ) lalu.
Ketika itu, saya hadir mewakili Ketua Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) Provinsi Papua, Abdul Munib yang tidak bisa hadir, karena sedang berada di luar Jayapura. Kehadiran saya di tempat itu, bukan sebagai wartawan, tapi saya memposisikan diri sebagai Sekretaris PWI Provinsi Papua. Jika memposisikan diri sebagai wartawan, tentu saya tidak akan hadir pada pertemuan itu, karena kami akan berjumlah 4 orang wartawan dari media yang sama.
Menurut saya, hari itu sepertinya merupakan hari bersejarah bagi pribadi saya, karena sebagai Sekretaris PWI Papua yang baru, itulah kali pertama saya ditunjuk untuk mewakili PWI Papua memenuhi undangan Kodam XVII/Cenderawasih, bahkan untuk pertama kali dan mungkin yang terakhir kalinya, saya mendengar secara langsung sambutan lantang dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, tentang karyanya di bumi Cenderawasih, yang akan berakhir dalam waktu dekat. Meskipun sambutannya panjang, saya tak cepat bosan. Justru sangat kuat mempengaruhi pemahaman saya tentang karakteristik pribadinya maupun kesatuan yang dipimpinnya.
Cukup menarik menyimak pernyataan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, siang itu. “ Kepemimpinan saya kali ini memang agak beda, sehingga rakyat bisa menerima dan tidak takut lagi dengan tentara,” demikian pernyataan awal Pangdam. Bahkan ketika menceritakan strategi yang digunakan untuk merebut hati rakyat kepada seorang doctor dari Australia, doktornya malah jadi bengong. Entah bengongnya karena tidak percaya atau bengongnya karena menemukan metode yang luar biasa.
Bagi saya, itu hal yang luar biasa. Karena bisa membuat seorang doctor asal Australia sampai terbengong. Ini menunjukkan kemampuan berbicara Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua sangat baik, dalam hal meyakinkan pihak luar terhadap penanganan masalah keamanan di Papua.
Saya juga tertarik dengan konsep menyelesaikan masalah internal dan eksternal. Pada konsep internal, diterapkan prinsip kesederhanaan dan keterbukaan tapi tertib. Contoh, Makodam saat ini bisa dengan bebas dikunjungi warga, tanpa rasa takut. Memperbanyak publikasi karya TNI ( Kemanunggalan TNI ) lewat media massa, dan meningkatkan solidaritas.
Lalu dalam menyelesaikan masalah ekternal, pertama yang dilakukan adalah merebut hati rakyat, lalu melumpuhkan dan merebut senjata dari mereka yang berbeda paham dan mengganggu keamanan, kemudian hal ketiga adalah membangun opini positif bagi public.
Selain itu, ada juga 3 pendekatan yang dilakukan, yaitu Pendekatan Agama, Pendekatan Budaya dan Pendekatan Kesetaraan. Menurut saya, ini konsep yang hebat. Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, ternyata sangat memahami karakteristik orang papua. Konsep ini harus tetap dipertahankan oleh siapapun Jenderal yang ditunjuk menjadi Pangdam XVII/Cenderawasih. Dengan strategi dan konsep seperti ini, saya yakin, perubahan kearah yang lebih baik akan cepat terwujud.
Bahkan 3 hal untuk Papua yang dipikirkan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, yakni Membangun kepercayaan masyarakat, Menerapkan dan Memantapkan kepercayaan masyarakat, akan semakin kokoh jika 3 pendekatan ini diwujudkan secara nyata tanpa kepalsuan.
Saya salut dengan keberhasilan yang sudah dicapai selama masa kepemimpinan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, sebagaimana yang disebutkan dalam buku maupun sambutan siang itu. Namun, saya tetap berharap, siapapun penggantinya, konsep ini tetap jalan dan jangan lagi ada korban dari warga sipil maupun aparat.
Rakyat Papua, jumlahnya tak banyak, mungkin hanya sekitar Dua Jutaan. Sebenarnya tak susah mengurusnya, hanya karena hati yang tak ikhlas, penuh kepalsuan dan ketidakadilan, mudah mengstigma orang Papua, akhirnya menciptakan jurang perbedaan yang dalam.
Akhir dari deskripsi saya ini, saya teringat ucapan dari Ketua PWI Papua, Abdul Munib. Ia katakan, seharusnya kita bangga memiliki Ideologi Pancasila, yang menjadi dasar yang kokoh. Tapi sayangnya, sebagian besar warga Negara Indonesia tidak memahami makna Pancasila, tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Pemusyawaratan/Perwakilan serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Silakan direnungi!
Kiranya, dalam kepemimpinan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal Frensen Siahaan, Papua makin kondusif. Jangan lagi ada tetesan darah dan air mata dari rakyat sipil maupun prajurit TNI. Semoga ! ( Sekretaris PWI Provinsi Papua )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar