Jumat, 17 Oktober 2014

BUDIDAYA TERNAK BABI RAMAH LINGKUNGAN

Selasa, 14 Oktober 2014 09:49

BUDIDAYA TERNAK BABI RAMAH LINGKUNGAN

Ditulis oleh  Ir. Mourids Renyaan

Oleh:  Ir. Mourids Renyaan


I.    PENDAHULUAN

Budidaya ternak babi ramah lingkungan merupakan cara beternak babi dengan memperhatikan aspek lingkungan. Dimana peternak babi dituntun untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya, peternak tidak memelihara ternak babi dengan cara dilepas mencari makan sendiri yang mana dapat mengganggu lingkungan sekitar seperti pencemaran udara karena kotoran ternak dan memakan tanaman orang lain yang mengakibatkan terjadi keributan. Untuk itu dari aspek ramah lingkungan, peternak babi harus memperhatikan tempat kandang dan saluran pembuangan kotoran babi misalnya dibuat kolam penampungan kotoran babi atau septictank.
Kotoran babi dapat dipergunakan sebagai pupuk organik dan atau bio gas. Sehingga dengan budidaya ternak babi ramah lingkungan, peternak dapat meningkatkan populasi ternak babi dengan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.

Sedangkan dengan budidaya ternak babi dapat memberi keuntungan tinggi sebagai ternak potong atau ternak bibit, sebagai ternak potong mempunyai keunggulan dibandingkan dengan ternak potong lainnya, antara lain : (1) ternak babi sangat produktif karena satu kali beranak jumlahnya 7 - 12 ekor dan tiap induk dapat beranak dua kali dalam setahun, (2) ternak babi memiliki konversi terhadap pakan cukup tinggi, semua bahan pakan dapat dirubah menjadi daging dan lemak dengan sangat efisien. Untuk pembentukan 1 kg daging rata-rata diperlukan 3,5 kg pakan, (3) Prosentase karkas babi cukup tinggi, mencapai 65-80% dibandingkan sapi 50-60% atau kambing 45-55%, (4) ternak babi mudah adaptasi terhadap perubahan pakan seperti sisa-sisa makanan, limbah pertanian dan agroindustri.

II.   JENIS – JENIS TERNAK BABI

1. Jenis babi lokal
Pada umumnya babi lokal dipelihara oleh masyarakat secara turun temurun dan berasal dari babi hutan (celeng) atau yang sudah disilangkan dengan babi lain : (1) Babi Sumba, warna hitam (kadang merah kehitaman), bentuk fisik seperti babi hutan, badan sedang pendek namum dalam, memiliki kepala panjang, moncong lancip, telinga kecil dan berdiri, jika dipelihara dengan baik akan cepat membesar dapat mencapai 70-80 kg pada umur 10 bulan. (2) Babi Bali, warna hitam dengan bagian putih didaerah perut, dada dan kadang ujung ekor, bentuk tubuh kecil, beratnya 60 kg (dewasa) mencapai 90 kg apabila sudah tua, memiliki kepala kecil, panjang sedang, badan sedang, badan dalam, telinga kecil berdiri, (3) Ada beberapa jenis babi lokal lain yang sudah disilangkan, antara lain Babi Tapanuli, Papua, Kerawang dan Nias.

2. Jenis babi luar negeri
(1)     Landrace, berwarna putih (kadang-kadang bintik hitam pada kulit), badan panjang bagian paha segi empat, kaki relatif pendek, telinga sedang sampai besar dan rebah.
(2)     Yorkshire, berwarna putih (kadang terdapat bintik hitam kehitaman pada kulit), bagian muka sedikit melebar, daun telinga tegak dan mengarah kedepan.
(3)     Duroc, warna merah sampai kecoklatan bervariasi, daun telinga berukuran sedang, agak rebah kedepan
(4)     Hampshire, berwarna hitam, terdapat warna putih seperti selendang yang berukuran bahu dan tubuh termasuk kaki depan, kaki panjang dan badan tidak terlalu dalam.
(5)     Ada jenis babi luar negeri lainnya, adalah Backshire, Chester White, Saddieback, Polland China, Spotted Poland China, Herefort.

III.   TATALAKSANA PEMELIHARAAN
1.  Kandang
Lokasi kandang sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan seperti bau dan penyebaran bibit penyakit. Kandang dilengkapi (1) bak tempat makan dan minum ukuran sesuai dengan kebutuhan, letaknya lebih tinggi dari lantai dan permukaannya rata agar mudah dibersihkan, (2) bak pembuangan kotoran (septictank), setiap kandang dibuat saluran pembuangan kencing dan kotoran langsung ke septictank.

2.  Memilih bibit
      Induk betina, dengan ciri-ciri umum:
·    Kepala sedang, rahang kecil
·    Tubuh panjang, bahu lebar dalam, sampai ke punggung dan agak membusur.
·    Kaki kuat lurus, bisa berdiri tegak di ke empat kaki.
·    Ekor melingkar, sehingga tak menggangu perkawinan.
·    Tumit kuat, kuku lengkap, bersih, simetris
·    Ambing besar
·    Putting susu cukup banyak dan genap (12-14 buah)
·    Sehat dan kuat.
·    Perut besar lemah bila dipegang terasa halus
Pejantan, dengan ciiri-ciri umum:
·    Bersemangat, agresif/aktif terhadap betina
·    Mata lebar, waspada
·    Kepala ringan
·    Bahu lebar rata, punggung sedikit melengkung
·    Ekor melingkar, menunjukkan babi sehat
·    Testis besar, sama dan simetris
·    Kaki kuat berdiri tegak di ke empat kaki
·    Kuku lengkap, bersih, tumit kuat
·    Sehat dan kuat
·    Mampu kawin betina 2-3 ekor/hari dan mampu kawin 3 kali per minggu.

3.   Perkembangan
Pada umur 5-6 bulan ternak babi dara umumnya mulai dewasa kelamin.  Namun dewasa tubuh pada umur 10-12 bulan, dengan kata lain babi darah baru kawin umur 8-10 bulan dengan bobot badan 100 kg, sehingga saat lahir berumur 12 bulan atau saat kedewasaan induk telah tercapai.
Lama birahi berlangsung 1-5 hari atau rata-rata 2-3 hari, apabila babi tidak bunting, gejala birahi terulang setiap 21 hari
(1) Tanda-tanda birahi.
Babi Nampak gelisah, berteriak-teriak
Kemaluan bengkak, pada vulva Nampak merah
Selalu mencoba menaiki temannya, atau ingin keluar dari kandang.
Bila pada punggungnya diberi beban atau dipegang diam saja
Dan dari kemaluan sering keluar lendir.
(2) Waktu yang tepat dikawinkan : birahi pagi hari sampai jam 10.00 pagi, sebaiknya dikawinkan pada hari itu juga, dengan kisaran malam hari sampai pagi jam 10.00
(3) Cara mengawinkan : Karena babi darah masa birahinya lebih pendek dari babi yang pernah beranak, maka babi darah dikawinkan pada birahi hari pertama. Sedang sistim kawin dapat secara alam dan inseminasi buatan. Dimana babi pejantan dimasukkan ke kandang induk betina. Induk babi setelah menyapih anaknya, akan birahi kembali 3-10 hari, pada saat itu induk dapat dikawinkan kembali yakni: hari kedua setelah birahi Nampak.

4.   Pemeliharaan
a. Induk bunting.
Masa bunting dimulai pada saat terjadinya pembuahan hingga saat kelahiran, lama bunting berkisar 112-115 hari, yakni rata-rata 114 hari (3 bulan, 3 minggu, 3 hari). Induk bunting harus dirawat agar badan kuat saat melahirkan dan anak yang dikandung sehat. Saat bunting tua induk hendaknya diberi kesempatan banyak bergerak agar peredaran darahnya lancar seminggu  sebelum beranak, induk yang akan beranak harus ditempatkan dikandang tersendiri.

Tanda-tanda induk melahirkan, antara lain: (a) Perutnya sangat turun, (b) vulva merah dan membesar (36 jam sebelum melahirkan), (c) nafsu makan berkurang dan sangat gelisah, (d) sering mengumpulkan sarang, dan (e) kaki sering dientak-entakan dan kerap kencing.

b. Induk melahirkan
Kelahiran induk biasanya berlangsung selama 1-12 jam. Setelah melahirkan induk diistirahatkan untuk mencegah rahim ikut keluar. Setelah itu plasenta jangan sampai termakan induk yang mengakibatkan gangguan diperut dan usus dan dapat mengakibatkan kanibalisme (sifat induk makan anaknya)

c. Anak babi
Anak babi yang baru lahir, hendaknya selaput lendir yang menutupi hidung dan mulutnya dibersihkan agar cepat bernafas. Tali pusat hendaknya dibiarkan putus sendiri, kalaupun diputuskan tinggalkan 2,5 cm dan diberi yodium tentur 7%. Setelah anak lahir lansung menyusui induknya. Anak babi yang kuat akan mendapat putting susu yang paling baik. Oleh karena itu jumlah anak yang dilahirkan sesuai dengan jumlah putting susu induknya.

d. Pejantan
Dalam pemeliharaan pejantan, pemberian pakan sangat diperhatikan. Dimaksudkan agar pejantan dalam kondisi tubuh yang baik dalam perkawainan.  Kegemukan dan kurangnya pergerakan dapat mengurangi nafsu kawin (libido) pejantan, oleh karena itu pemberian pakan bentuk butiran atau pakan campuran lain selalu diikuti pakan hijauan di lapangan.

5.    Penanganan Limbah Kotoran Babi
Beberapa alternatif penanganan limbah kotoran dari beternak babi, di antaranya: (a) mengumpulkan kotoran dari setiap babi, mengeringkan dan dibuat kompos, (b) menampung kotoran babi didalam kolam penampungan (septictank) dapat dibuat bio gas dan atau setelah penuh penutup kolam dibuka di keringkan dan dibuat pupuk buatan (sistim bokasi), dan (c) mengalirkan limbah kotoran ke dalam kolam penampungan bertingkat dengan perpaduan tanaman air dan pemeliharaan ikan.

IV.    PAKAN TERNAK BABI
Pakan dan cara pemberian sangat diperhatikan kandung gizinya harus memenuhi syarat sebagai pakan dan jumlah pemberian disesuaikan dengan kebutuhan ternak berdasarkan fase pertumbuhan (starter, grower), fattening, laktasi.
Jumlah Pemberian Pakan

No
Periode Umur
Jumlah Pemberian Pakan
1.
Induk
1-2,5 kg pakan ransum+hijauan
2.
Calon induk
-Bunting 3 bulan
-Akhir kebuntingan

2 kg pakan ransum+hijauan
3 kg pakan ransum+hijauan
3.
Induk dewasa
-Bunting 3 bulan
-Akhir kebuntingan

1,5 kg pakan ransum+hijauan
2,5 kg pakan ransum+hijauan
4.
Induk menyusui
2,5 kg pakan ransum+0,25 kg/ekor
Anak yang disusui+hijauan
5.
Penggemukan
3,5 kg pakan ransum
V.    PENYAKIT
Penyakit babi ada beberapa, dimana hanya disampaikan jenis penyakit yang sangat menonjol.

1. Taeniasis/Sistiserkosis (Penyakit Cacing Pita)
Taeniasis adalah penyakit parasite pada orang dalam bentuk sistiserkus (larva) yang tinggal pada jaringan/otot, jantung, lidah diagpragma, paru-paru, mata, otak bahkan dapat terinfeksi pada seluruh jaringan tubuh.

Tanda-tanda klinis pada ternak babi, sulit diketahui secara pasti tetapi dapat dilihat dari gejala ringan hingga berat, seperti kelemahan umum, hilangnya penglihatan, kadang ditemui kejang-kejang, dalam perabahan ditemukan adalah biji dibawah kulit pada kaki depan dan belakang, kadang mata babi membengkak dibagian leher. Pencegahan dengan memasak daging babi secara matang dan menjaga sanitasi dan higienis dalam beternak babi.

2. Hog Cholera
Hog cholera penyakit babi yang sangat menular, disebabkan virus, ditandai dengan perdarahan umum dan biasanya berjalan akut tetapi dapat menjadi kronik. Hog cholera ditularkan melalui kontak langsung antara babi sakit dan sehat . Penyebaran sangat cepat melalui babi sakit ke daerah lain. Dapat menular pada manusia. Gejala penyakit, babi Nampak lesu dan berbulu kusam, berkerumun di suatu sudut seperti kedinginan, sering terjadi muntah, dari mata keluar kotoran bersifat mukopurulenta dan diare.

Masalah penyakit sangat merugikan usaha ternak, untuk itu peternak perlu mengetahui beberapa penyakit ternak babi dan gejalanya secara umum, kemudian dapat menghubungi petugas lapangan, dokter hewan dan atau dinas peternakan setempat.

Diharapkan melalui tulisan ini bermanfaat bagi peternak babi yang memelihara ternak.
                                                          
                                                                     Jayapura, 7 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar